Tidak ada firasat buruk dari keluarga dekat sebelum Supartini tewas  setelah pesawat Malaysia Airlines MH17 yang membawanya dari Belanda ke  Kuala Lumpur jatuh dirudal oleh pemberontak pro Rusia. 
Justru firasat akan kepergian selama-lamanya tulang punggung ekonomi keluarga Harto Wiyono itu datang dari kerabat jauh korban. 
Yudi,  salah satu kerabat jauh Supartini, warga RT 11 RW 2 Desa Munggur,  Kecamatan Mojogedang, Karanganyar, Jawa Tengah ini mengaku mengalami  kejadian aneh sebelum saudaranya itu tewas. 
Kejadian itu  dirasakan Yudi, tepat pada Kamis malam sebelum pesawat MH17 dirudal  jatuh oleh pemberontak pro Rusia. Yudi menceritakan sebelum Supartini  meninggal, korban sempat meminta kepada Yudi untuk membuatkan  seperangkat meja dan kursi untuk mengisi rumah barunya. 
"Saya  bilang, yang penting kamu pulang dulu, lihat gambarnya dulu maunya  gimana, nanti cocok saya buatkan," jelasnya di kediaman korban, Minggu  (20/7/2014). 
Namun menurut Yudi, Supartini menolak dan harus  segera dibuatkan modelnya terserah yang penting bagus. Supartini,  menginginkan kursi pesanannya sudah jadi begitu korban tiba di  Indonesia. 
"Akhirnya saya penuhi permintaanya. Saya bikinkan  dengan kualitas kayu yang bagus, dan hampir jadi. Tinggal finishing,"  terangnya lebih lanjut. 
Namun menurut Yudi, sesaat sebelum  kejadian pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 sampai 20.30 WIB, Yudi dan  empat orang temannya duduk di dekat meja pesanan Supartini. "Tiba-tiba  ada letusan berbunyi, sumbernya dari meja milik Supartini," lanjutnya  lagi. 
Semua yang ada kaget, dan mencari tahu dari mana sumber  suara tersebut. Setelah dilihat ternyata kaki dari meja itu retak  memanjang. Keanehan itu membuat mereka bingung. "Padahal tidak ada  siapa-siapa di situ, anehnya kayu jadi retak. Padahal kualitasnya  super," terangnya. 
Setelah itu, tengah malamnya Yudi mendapat  kabar jika Supartini meninggal dalam kecelakaan pesawat yang akan  membawanya pulang ke tanah air. 
"Saya hanya ingat ucapan  terakhirnya yang ingin jalan-jalan ke Malioboro dan Parangtritis saat  nanti pulang ke kampung halaman dan meminta saya untuk nyopiri  (menyetir)," jelasnya lagi. 
Selain itu, menurut Yudi, dia juga  merasakan janggal jika sehari sebelum kejadian ibunda Supartini,  Sriyatun, menyapu rumah sampai berkali-kali. Sebab biasanya ibu  Supartini jarang membersihkan rumah karena sibuk berdagang pecel. "Mas,  simbah (Sriyatun) kok nyapu terus-terusan. Padahal wis resik," terang  Yudi mengulang cerita keponakannya. 
Ketika ditanyakan kepada  Sriyatun, dirinya tidak merasakan keanehan tersebut. Yang pasti  menurutnya sehari itu perasaanya kosong. "Kulo mboten krasa napa-napa,  jebule umure Partini cukup sementen," jelasnya sambil mengusap air mata.  
Menurut Sriyatun, perjalanan hidupnya sangat susah sampai  akhirnya bisa sukses. Namun Supartini belum sempat merasakan hasilnya.  Bermodal menjual kalung ibunya sebesar 10 gram dan pinjaman Supartini  selepas SMA berjuang mengadu nasib di negeri orang. "Jadi TKW mulai dari  Hongkong, Taiwan, baru di Belanda bisa membawa hasil," ungkapnya. 
Sriyatun  mengatakan, sebagian jerih payah Supartini dibelikan tanah, dan dibuat  rumah yang berdiri megah dibandingkan rumah di sekelilingnya. Sebagian  ditabung untuk masa depan putri semata wayangnya yang sejak bayi sudah  diasuh kakek dan neneknya
http://news.okezone.com/read/2014/07/20/337/1015354/cerita-aneh-jelang-tragedi-mh17-dari-keluarga-supartini 
        
Minggu, 20 Juli 2014
          
      
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar